Sabtu, 22 November 2014

My Family and Best Friend part 1

9 bulan 3 hari

Aku telah melalui hari-hariku disini. Dilantai dua kamar K211
Setiap malam selama sebulan terakhir ini selalu meyempatkan untuk ke lantai 3 tempat menjemur pakaian. Disana tidak beratap, karena itu aku senang kesana karena bisa melihat bintang malam dan terkadang pesawat yang sekadar melintas diatasnya.
Selama seminggu terakhir ini aku suka duduk-duduk dilantai ini, termenung dan mengingat masa-masa laluku.
9 tahun silam saat umurku 13 tahun, aku berhasil mendapatkan satu kursi SMP terbaik di kota ku. Tentu saja ayahku yang seorang guru PNS sekolah dasar, ibuku yang seorang ibu rumah tangga, dan kakakku seorang pelajar yang sedang menempuh bangku SMA kelas 2 bahagia dan bangga kepadaku. Hari pertama aku lalui dengan sangat baik. Kalo urusan adaptasi dan bersosialisasi aku memang bisa diandalkan. Di hari pertama aku langsung memiliki banyak teman. Tak sedikit juga senior-senior yang mengenalku. Hal ini aku warisi dari ayahku yang menempatkan sosialisasi menjadi agenda pentingnya. Masih ingat sekali ketika beliau berbisik kepadaku mencari teman sebanyak-banyaknya itu sangat penting, penting bagimu dan masa depanmu. Namun saat itu aku masih belum begitu paham dengan kata-kata itu. Aku hanya tau aku harus memiliki banyak teman.
Hari demi hari aku dapat lewati dengan sangat baik, ketika kenaikan kelas aku mendapatkan peringkat dua, masih kalah pintar dengan Gea teman wanita dikelasku yang bisa dibilang memiliki otak yang cerdas. Tentu saja aku masih merasa kurang, aku memang masih kecil, namun soal pertandingan aku tak pernah mau mengalah dari orang lain. Aku selalu ingin menjadi yang pertama. Kini aku kelas 2 SMP dan Kakakku Tania kelas 3 SMA.
Sudah 10 menit aku berbaring dilantai 3 gedung mess ini hanya menatap langit yang saat ini sangat cerah dipenuhi dengan berjuta-juta bintang. Aku bangun dan duduk sejenak ditempat yang sama, aku memperhatikan suasana sekitar, sepi, dan udara dingin sedikit menusuk kulitku yang hanya memakai kaos oblong dan celana pendek. Beberapa saat kemudian ada seseorang penghuni kamar lain mess ini datang menghampiriku. Adi! Apa yang kamu lakukan disini? Aku diam sejenak dan ngomel didalam hati, ngapain coba nanya-nanya, kepo banget sih. Hanya duduk-duduk saja. Jawabku datar dengan sedikit berusaha menyunggingkan bibir. Dia langsung beranjak pergi mengambil jemuran miliknya. Tentu saja aku merasa terganggu dengan kedatangan nya walau sebenarnya dia tidak bermaksud.
Aku kembali berbaring dan mengingat ulang masa-masa itu.
Setiap pagi aku selalu berangkat sekolah bersama kakakku yang mengendarai sepeda motor. meskipun tidak searah, kakakku tak pernah ngeluh untuk mengantarku ke sekolah. Aku memang sedikit kalah pintar dari kakakku, dia selalu mendapat juara kelas dan menjadi siswi teladan di sekolahannya. Bahasa inggris dia sangat jago, sedangkan aku belum begitu paham dengan mata pelajaran yang satu ini. Saat ini matematika adalah mapel yang sangat aku sukai. Aku selalu meyempatkan ke perpustakaan di jam istirahat bersama Nur sahabatku. Oya aku lupa belum menceritakan dia. Dia adalah sahabatku sejak aku masuk di sekolah ini. Dia sangat ramah dan baik kepada semua orang. Dia adalah orang pertama yang aku kenal waktu aku masuk sekolah ini. Kami sering bermain dan belajar bersama, tempat duduk saja bersebelahan. Rumah kami memang tidak dekat. Namun tidak jarang aku menginap ditempatnya dan begitu pula dengannya.
Berbeda sekali kehidupanku dengan kehidupannya. Dia terlahir dari orang tua yang sangat kaya, namun kekayaannya tidak membuatnya tidak mau berteman dengan orang-orang sepertiku. Sepertiku yang terlahir dari orangtua biasa dari kampung. Karena itulah aku suka berteman dengannya. Teman-teman yang lainpun juga suka dengannya karena kebaikannya.
Kali pertama aku bermain kerumahnya tak henti-hentinya aku memuji kagum akan keelokan dan kemegahan rumahnya. Ketika itu aku berencana belajar bareng Nur dirumahnya sekaligus menginap karena kebetulan esok hari adalah hari minggu. Aku pun sudah mengantongi ijin dari ayah dan ibu. Kami berdua dijemput oleh sopir Nur yang memang biasa mengantar jemput Nur sekolah. Setelah sampai depan rumahnya terlihat seorang satpam berbadan tegap membukakan pintu gerbang mewah warna keemasan yang mungkin tingginya sekitar 2.5 meter. Gerbang itu terlihat megah dengan ornamen-ornamen klasik layaknya gerbang istana raja. Aku semakin takjub ketika memasuki halaman rumahnya. Turun dari mobil aku langsung disambut taman bunga yang indah yang terdiri dari beragam bunga koleksi mamanya. Disamping rumah terlihat sebuah lapangan basket lengkap dengan ring basketnya. Dan disebelah taman terdapat jalan yang terdapat pohon-pohon palem menjulang tinggi yang berbaris rapi disepanjang pinggir jalan menuju garasi mobil yang terletak dibelakang rumah.
Tak sampai disitu, sebelum masuk rumah 2 lantai itu aku disambut sebuah pintu besar dari kayu yang diukir cantik.
Hei di! Ngapain bengong, ayo masuk. Anggap saja rumah sendiri ya! Gertak halus Nur sambil membukakan pintunya.
Oh i..iya Nur, aku takjub sama rumah kamu, gede banget dan mewah lagi. Jawabku sambil menengok sana-sini menikmati keindahan rumah Nur.
Sudah deh, jangan begitu. Ayo langsung kekamar aku aja kita ganti pakaian dulu, habis itu makan siang. mbak udah nyiapin makan siang.
Nur memang gak suka dipuji-puji seperti itu. dia juga tidak pernah menyombongkan dirinya didepan teman-temanya.
Mbak? Maksud kamu kakak kamu gitu? Wah kamu punya mbak to Nur? Tanyaku penasaran.
Bukan Adi, dia mbak yang bantuin beresin rumah sama nyiapain makan gitu, mamaku kan gak sempet di, soalnya sibuk ngantor terus sama papa.
Sampai dikamarnya pun aku tak hentinya dibuat takjub dengan kemewahan rumah ini. Kamar Nur sangat besar, bahkan ruang tamu digabung sama ruang tv dirumahku pun kalah besar dengan kamarnya yang dilengkapi dengan TV layar datar lengkap dengan seperangkat sound systemnya, meja belajar, beberapa lemari yang besar-besar, ada pendingin ruangan dan kamar mandinya. Kasurnya sangat besar dan empuk bak tempat tidur seorang pangeran dari kerajaan tersohor.
Adi aku turun duluan ya,ntar kalo kamu udah selesai gantinya kamu langsung turun aja ke ruang makan.
Ok! Siap boss!
Setelah selesai aku langsung turun ke lantai satu. Aku makan bersama Nur dan adiknya Ranita. Biasanya Nur hanya makan berdua sama adiknya. Karena papa dan mamanya sibuk mengurusi urusan perusahaan yang mereka rintis. Namun setiap malam mereka selalu berkumpul makan bersama. Dan setiap hari libur, mereka selalu jalan-jalan bersama entah ke pusat perbelanjaan atau rekreasi. Setelah usai makan Nur mengajakku ke belakang rumahnya untuk berenang sejenak sebelum kita memulai untuk belajar. Kolam renangnya sangat besar untuk ukuran kolam renang pribadi. Airnya juga jernih. Dilengkapi pemandangan taman disekitar kolam renang. Serta tampak garasi yang besar di bagian pojok belakang pekarangan rumahnya.
Tak terasa aku sudah hampir 15 menit berbaring ditempat ini. Namun semakin lama aku memandang langit semakin pula dia tak mau melepaskan pandanganku. Tak kusangka benar kata orang-orang, betapa indahnya ciptaan-Nya. Namun tidak jarang aku menyepelekannya. Yah aku merasa sangat kecil disaat seperti ini, tidak memiliki apa-apa dibanding dengan-Nya.
Aku memang bukan terlahir dari keluarga kaya, namun saat itu aku tidak pernah kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuaku. Adi kecil yang ceria, aktif. Saking aktif nya terkadang teman-temanku suka mengejekku hiperaktif. Aku sama sekali tidak sedih ataupun marah dengan ejekan itu karena aku akui aku memang sangat aktif. Aku juga tidak jarang menjaili teman-temanku dan kakakku sendiri. Mereka sering kali jengkel dengan polah jailku yang memang terkadang membuat geram orang yang aku jaili. Bahagia? Tentu saja keluarga ku sangat bahagia. Ayah dan ibuku tidak pernah menelantarkan kedua anaknya. Selalu ada waktu untuk berkumpul dan bercanda. Keluarga kecil ini selalu menyempatkan pergi jalan-jalan ketika hari libur tiba. Itu membuatku sangat bersyukur telah terlahir dari keluarga kecil sederhana ini.

>><< 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar