Rabu, 15 Juli 2015

Bersihin scale (karang) gigi itu menyenangkan

Pada suatu hari, ada seorang pria tampan sedang kesepian..ee cieee curhat..hahaha..stop! Bukan itu yang mau dibahas disini.
Jumat, 10 juli 2015 hape ku berbunyi tanda ada email masuk. Aku membukanya dan Alhamdulillah itu adalah pesan email dari perusahaan x yang aku lamar. Mengatakan kalo aku lulus test psikotest. Dan menginformasikan bahwa test berikutnya adalah tes kesehatan (medical check-up). Yang akan diselenggarakan pada hari selasa 14 juli 2015. Seneng? So pasti lah, secara lolos test gitu..hehe
kemudian aku berinisiatif untuk membuka internet mencari trik2 supaya lolos medcheck. Semua blog yang aku baca mengatakan kalo gigi gak boleh ada kerak apalagi berlubang. Aku shock! Secara gigi ku ada keraknya secara seumur hidup belum pernah ke dokter gigi buat hilangin kerak.
Dengan penuh pertimbangan, akhirnya aku beranikan diri untuk membersihkan karang gigi (info temen : kalo bersihin karang gigi itu sakit dan ngilu banget). Aku mulai searching di tuan Google. Dan menemukan sebuah klinik dokter gigi yang cukup meyakinkan. Akhirnya aku catat no telp nya dan segera meneleponnya. Tutttt tuttt tuttt..diangkatlah telepon ku dan segera berbicara. Dan akhirnya diputuskan untuk bersihin karang nya jam 7 malam. Untung gak pagi, soalnya aku kan kerja, puasa pula. Hehe
jam 5 sore pulang kerja aku langsung cuss ke klinik gigi tersebut. Kemudian disambut ibu dokter yang masih agak muda mngenakan busana casual. Namanya drg. Ani. Beliau ramah dan baik. Waktu aku datang gak ada pasien lain, so aku langsung di eksekusi (lebay deh -,-). Aku mulai prosesnya jam 19.15. Sebelum di mulai dokter ani nanya, sudah pernah bersihin karang belum? Wah belum pernah dok, jawabku. Eh dok kaga temenku sakit dan ngilu ya dok? Tanya pria tampan itu (ecieee). Enggak, sedikit. Jawab dokter ani dengan polos.
dokter ani menyuruh saya duduk di kursi pesakitan, eh kursi pasien maksudnya. Kursi itu dilengkapi dengan alat2 aneh2. Kemudian kursinya diposisikan untuk bisa buat pasien berbaring. " coba mulutnya dibuka!" Kata doker ani sambil menaruh 2 alat didalam mulutku. "Kalo nanti gak kuat jangan bicara ya, cukup angkat tangan kiri dan jangan bikin gerakan yang mengejutkan. Bernafas pakai hidung jangan pakai mulu"tambah nya. Aku mengangguk tanda setuju dan mengerti apa yang dimaksud dokter ani.
taratatataa... proses dimulai. Emang awalnya geli, sakit dan ngilu, tapi lama kelamaan keenakan juga..haha ditambah dokter ani canti dan ramah (eh) . Dokter ani kaget, sambil berkata ini prosesnya lama ya, soalnya semua gigi ada keraknya. Aku mengangguk sambil menanggung malu dalam hati. Hahaha.  Jam 19.45 proses masih berjalan, masih ada rasa ngilu2 sedikit tapi gak sakit sih. Akhirnya jam 8 lewat 5 aku udah beres dan disuruh berkumur sampai bersih. Karena setelah proses tadi dokter ani menaruh betadin di semua bagian gusi karena berdarah.
habis itu aku berkaca dan betapa bahagianya yang tadinya gigi ku ada bercak hitam dibagian depan dan kerak dibagian samping musnah tak bersisa. Seneng banget rasanya bercermin sambil senyum2 sendiri..hahaha
pas keluar ruangan sudah ada 2 cewe berhijab yang lumayan cantik sama mas2 yang enggak cantik yang sedang duduk diruang tunggu alias mengantri. Untung aja aku datangnya duluan. Kalo antri pasti kan sampai malam banget -_-. 
Akhirnya aku pulang dengan perasaan berbunga2 karena gigi ku sudah bersih..hehe
tapi perjalanan pulang, setiap tersenyum dan bagian mulut kemasukan angin, rasanya ngilu2 geli gimana gitu..haha. itu mungkin karena tadinya celah2 gigi ketutup sama kerak sekarang jadi bersih. Jadinya kerasa ngilu kegelian..😁😳
anyway sudah nih cerita ke dokter giginya. Nanti kapan2 dilanjut lagi dengan cerita cerita seru lainnya. Byee

Selasa, 02 Juni 2015

Belum direstui Allah

Entah sudah berapa kali, mungkin karena terlalu seringnya sampai-sampai aku sudah tidak merasakan keterkejutan seperti diawal-awal. Sudah terlalu sering terlambat dalam mengungkapkan kata-kata cinta, atau lebih tepatnya terlambat untuk melamar seorang wanita yang aku suka dan aku sayangi.
Waktu itu aku pernah membina hubungan dari april 2012 namun kandas begitu saja di agustus 2014. Tak lain tak bukan karena kita sama-sama masih terlalu egois. Masih merasa diri kita paling bener sendiri. Kemudian setelah putus aku mencoba untuk menata kembali dan untuk mencoba mendekati ia kembali. Namun apa daya. Bulan september ia sudah pasang status in relationship bersama pria lain. Yap! Satu bulan setelah putus dia sudah berpacaran dan bermesraan bersama pria lain. Sedih iya, kecewa iya, marah juga iya!
sudah lah itu sudah berlalu. Aku sekarang sudah move on (haha). Aku sekarang deket dengan salah seorang temen kuliah, satu jurusan, namun sekarang sudah berada dibeda kota. Kita sudah dekat banget. Bbm dan phone sudah begitu intensive. Namun pada suatu ketika dia cerita, sedang didekati pria lain yang kalo dengar dari cerita nya dia juga suka sama pria itu. Ooo aku baru sadar, iya aku terlalu lama untuk menyatakan perasaanku padanya. Sampai mungkin dia berfikir kalo aku hanya sekedar teman curhat saja atau malah berfikiran aku hanya menggantung dia dengan hubungan yang tak jelas. Sampai sekarang aku tak tau mana yang benar.
sudahlah itu juga sudah berlalu, sekarang aku kembali dekat sama seorang perempuan. Seorang perempuan yang pernah singgah dihatiku 1.3 tahun lamanya. Yes! Dia mantanku..orang bilang " hello, hari gini masih balikan sama mantan??" Kalo aku sih tinggal jawab " hello! Kenapa enggak? Selama kita sama-sama sukaπŸ˜‰. Namun eh namun, lagi dan lagi aku telat cuy! Iya telat menyatakan cinta lagi! Kampret!! Aku kan bermaksud mencari momen yang tepat gitu. Secara aku di serang dia di lampung. Gak lucu dong aku nembak by phone atau bbm. Pada waktu itu kita udah sepakat bakal datang ke pernikahan temen SMA kita dengan mengenakan batik couple, tanggal 22 maret 2015 di boyolali jawa tengah (kota kelahiranku)! Kita udah sama-sama nyari bahan kain batik yang sama-sama kita suka. Trus juga mau pesen tiket kereta balik boyolali barengan. Namun di akhir februari aku merasakan kejanggalan yang luar biasa. Dia jutek dan jarang banget bales bbm ku. Akhirnya aku berinisiatif pasang foto dia di Dp bbm dan kirim video kumpulan foto2 dia lewat facebook. Seperti dugaanku, akhirnya dia pun menghubungiku. Namun dengan kesal dan marah-marah. Nyuruh aku hapus video nya dan ganti dp bbm ku πŸ˜‘.
Setelah aku klarifikasi ternyata dia sekarang sedang dekat bersama seorang pria lain. Dia bilang dia bakal segera nikah dengan pria itu. Seperti harapan dia selama ini mau nikah muda. Oo ya sudah aku tak bisa apa-apa. Aku hanya berdoa semoga kamu beneran bisa nikah sama dia dan bahagia.
Aku memang belum mau menikah sesegera mungkin. Karena kini unurku masih 23 tahun. Dan target aku menuju pelaminan adalah umur 27 tahun. Aku masih terlalu muda cuy kalo nikah sekarang. Namun aku gak pernah main-main dalam menjalin sebuah hubungan. Aku nggak pernah macem-macem sama wanita lain ketika aki sedang bersama seorang wanita.
eh sudah lah malah ngomongin masa lalu lagi kan. Sekarang kan juga udah move on. 2 bulan lalu, kira-kira awal maret diperusahaan ku ada staff/karyawan wannita customer service yang baru masuk. Menggantikan temanku yang resign karena menikah. Aku sih dibagian produksi. Waktu itu seperti dulu-dulu kala ada pihak customer service bakal bawa customernya untuk mill tour ke bagian ku. Karena aku penanggung jawabnya, otomatis aku lah yang selalu menemani customes ketika mill tour. Kaya ngeguide dia keliling mesin dan proses gitu.
Singkat cerita, aku mulai kenal sama itu karyawati baru. Kita mulai intensive sms, bbm dan telepon. Kita juga nggak jarang pergi keluar bareng untuk sekedar makan bareng atau jalan-jalan bareng. Bahkan hari selasa 26 mei 2015 lalu dia menemaniku membelikan kado ulang tahun ponakan ku. Aku sih sudah bisa bilang kalo kedekatan kita juga sudah intim (dalam tanda kutip ya)πŸ˜†. Aku tanggal 30 mei pulang ke boyolali, dia sedang ada acara bersama team CS ke bandung.  Kita masih sempet bbman seperti biasa ketika aku dirumah. Tapi oh tapi! Siang ini 2 juni 2015 waktu aku masih didalam kereta api dari semarang menuju gambir. Aku melihat dia update foto seorang pria dengan mengatakan "anterin tuan puteri bolak-balik serang tangerang" dilanjut "cewe pertama yang di setirin sama kamyuu"😒. Jleb jleb. Sakit cuy! Sakitttt banget!
Pantesan dari semalem kok bbm ku gak ada yang dibales. Ternyata dia sedang asik dengan pria lain yang mungkin sudah terlebih dulu nembak dia😠.
Ya sudah lah, kalo itu memang pilihan kamu. Semoga itu eh dia maksudnya memang terbaik untukmu, jodohmu. Memang Allah mungkin tidak merestui aku untuk menjalin hubungan dulu. Karena bsa jadi ntar bisa nyebabin fitnah dan tindakan yang enggak enggak. Aseek ngeles nya pinter ya!πŸ˜‚
sekian dulu deh cerita mengenaskannya. Entar kapan-kapan dibuatin cerita lagi yang lain. HeheπŸ˜‰

Sabtu, 07 Februari 2015

My Family and My Best Friends Part 3



Ayah! Dede kangen...
Orang-orang sudah mulai meninggalkan pemakaman, tinggallah disana aku, kak Tania, Ibu dan Om rano beserta istri. Ibu dari awal prosesi pemakaman hanya diam dan mengusap-usap baju kesayangan ayah yang dibawa ibu sedari tadi. Kak Tania juga sudah agak lebih tenang. Kami beranjak pergi dari pemakaman.
malam ini adalah malam pertama kita tanpa kehadiran ayah ya de, ucap kak Tania yang matanya masih sembab.
Iya kak, kapan ya kita bisa ketemu ayah lagi kak?
Kak Tania hanya diam tak menjawab pertanyaanku. Aku dan kak Tania kali ini tidur bertiga dikamar ibu. Ibu masih saja diam tak berucap sepatahpun kepadaku ataupun kak Tania. Aku sempat tidak bisa tidur karena memikirkan keadaan ayah di pemakaman sendirian.
Esok hari tiba. Aku dan kak Tania tidak masuk sekolah, karena anjuran Om Rano untuk menemani Ibu yang masih sangat sedih kehilangan ayah. Aku juga terasa sangat malas bersekolah, aku tak bersemangat. Aku tak doyan makan sampai kak Tania yang tidak pernah menyuapiku mencoba untuk menyuapi. Tetapi aku tetap tidak mau makan. Aku hanya sering diam duduk di ruang tamu dikursi yang biasanya ayah duduki.
Dede, kamu jangan sedih terus ya, kan masih ada kak Tania sama Ibu, dede makan dulu ya. Ntar kalo gak makan dede bisa sakit. Ntar ayah ngeliatnya sedih tau. Bujuk kak Tania yang berusaha menyuapiku untuk makan.
Bujukan kak Tania sedikit berhasil, aku mau makan walaupun cuma dua-tiga suap. Kak Tania memang terlihat lebih tegar dibandingkan aku dan ibu. Ibu sampai sekarang belum mau keluar kamar. Terkadang masih menangis sambil mengusap dan mencium barang-barang ayah.
Hari demi hari berlalu. Aku sudah mulai sekolah seperti biasa begitu pula dengan kak Tania. Ibu juga sudah mulai terbiasa dengan keadaan sekarang. Sampai di sekolah teman-teman masih melihat ku prihatin dan sesekali mengucapkan belasungkawanya. Seperti biasa Nur menyambutku dengan keramahannya. Terkadang dia menghiburku dengan candaan ringannya. Namun tak sedikitpun membuatku tertawa, aku hanya memaksakan untuk sedikit menyunggingkan bibirku. Aku hanya diam dan tidak bisa fokus mendengarkan pelajaran. Tema-temanku masih terkaget-kaget yang melihatku seperti ini. Adi yang suka lari sana-sini, suka jail dan suka melontarkan beberapa pertanyaan kepada guru, sekarang hanya terdiam lesu tak bersemangat.
Aku masih sedih mengingat kejadian sebelumnya. Biasanya sebelum berangkat sekolah aku selalu mencium tangan ayah dan ibu. Tapi sekarang aku hanya mencium tangan ibu. Tidak ada ayah. Sesekali Nur menasihatiku namun aku masih tetap tak mempedulikan.
Beberapa hari lagi aku akan ulangan umum kenaikan kelas, sedangkan kak Tania akan menghadapi ujian akhir kelulusannya. Aku tak se semangat dulu ketika menyambut ulangan umum. Aku kurang antusias untuk belajar. Kak Tania sekarang tempat bertanyaku ketika ada pelajaran yang kurang aku mengerti. Padahal dulu aku tak pernah mempercayai jawaban kak Tania. Aku selalu bertanya kepada ayah, meskipun aku tahu terkadang ayah juga menanyakan ke kak Tania.
Nilai-nilaiku merosot tajam, aku mendapat peringkat ke 7 di kelas, kalah dengan Nur apalagi dengan Gea. Sedangkan kak Tania seperti biasa menjadi juara umum dan mendapat nilai tertinggi dari hasil kelulusan di sekolahnya. Kak Tania mendapat tawaran beasiswa full di Jepang karena prestasinya yang membanggakan. Sejak kelas dua kak Tania memang sudah menyiapkan amunisi untuk melengkapi berkas dan mengikuti serentetan test untuk mendapatkan beasiswa itu. Kak Tania sangat bahagia begitu pula ibuku. Namun kak Tania masih bingung mau ambil beasiswa tersebut dan meninggalkan aku dan ibuku dirumah atau hanya mau berkuliah di dekat-dekat rumah dan tetap tinggal bersama aku dan ibu. Kak Tania sadar dia adalah anak paling besar, yang harus ngejagain ibu dan dede nya. Namun ibu bersikeras membujuk kak Tania untuk mengambil beasiswa tersebut. Karena ini juga salah satu impian Ayah dahulu semasa hidup agar anaknya kelak bisa menempuh pendidikan yang bagus di negeri orang.
Berbeda dengan kak Tania, aku tidak bisa dibanggakan karena nilaiku merosot drastis. Namun ibu dan kak Tania tidak memarahiku atau kecewa padaku. Mereka masih mengerti kenapa bisa nilaiku merosot tajam. Hal ini membuatku semakin rindu akan wejangan-wejangan ayah ketika aku mengalami kegagalan seperti ini.
Ayah! Dede kangen ayah, kapan dede bisa bertemu ayah lagi. Dede mau belajar sama ayah lagi biar nilai dede bisa bagus lagi.
Malam hari ketika aku tidur, aku bermimpi ayah mendatangiku dan memelukku erat.
Ayah kemana saja? Dede rindu sama ayah. Kenapa ayah baru datang? Ayah gak marah kan nilai dede jadi jelek? Ayah hanya diam dan tersenyum kepadaku.
Kenapa ayah diam saja? Ayah marah ya sama dede? Maafkan dede ya yah.
Tak sepatah katapun terucap dari mulut pucatnya. Hanya senyuman lebar yang ayah perlihatkan padaku. Ayah beranjak pergi meninggalkanku, semakin jauh semakin jauh dan semakin tidak terlihat.
Keesokan harinya aku menceritakan semuanya kepada kak Tania dan Ibu. Ibu tersenyum.
Dede itu tandanya ayah bangga sama dede. Makanya dede harus makin giat belajar biar nilainya gak jelek lagi. Biar nanti bisa sekolah keluar negeri kaya kak Tania. Kan kalo nilai dede bagus ayah pasti lebih bangga sama dede. Ayah disana bakal nungguin dede. Jadi dede harus bisa ceria lagi dan belajar giat lagi ya! Kalo dede jadi anak pintar dan kuat kan bisa ngejagain ibu sama kak Tania. Aku hanya manggut-manggut mengiyakan kata-kata ibu.
Iya de, dede kan anak laki-laki, jadi harus bisa jagain ibu dan kakak perempuannya. Tambah kak Tania yang ramah.
Aku sadar aku memang masih kecil, namun benar kata ibu dan kak Tania, aku anak laki-laki harus kuat biar bisa jagain ibu dan kak Tania. Aku harus bisa membuat nilaiku bagus lagi biar ayah nanti mau bicara padaku lagi.
Kak Tania semakin mantap untuk mengambil beasiswa belajarnya ke Jepang setelah melihat perubahan ku yang semakin ceria. Dan perubahan ibu yang semakin bisa terbiasa tanpa kehadiran ayah. Kak Tania pergi kesana-kemari untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keberangkatannya nanti. Masih tersisa sebulan lagi untuk kak Tania meninggalkan dede dan ibu. Kak Tania lebih banyak menghabiskan waktu dirumah bersama ibu. Sedangkan aku berangkat kesekolah seperti biasa. Sekarang aku sudah kelas 3 SMP, sedangkan kak Tania sudah akan memasuki bangku kuliah di Jepang. 2 minggu sebelum keberangkatan kak Tania, kami bertiga berkunjung ke makam ayah. Ritual ini biasa kami lakukan setiap sebulan sekali untuk sekadar ngobrol sama ayah dan melepas kerinduan. Disana kami menceritakan semua yang terjadi kepada ayah. Tak lupa kak Tania meminta doa restu ayah untuk berangkat sekolah ke Jepang. Kak Tania juga memamerkan paspor barunya.
Sedangkan ibu selalu menceritakan kebanggaanya memiliki anak-anak seperti kami di hadapan pusara ayah. Ibu kadang masih menitihkan air mata, bernostalgia kejadian masa-masa ketika ayah masih ada disamping kami. Setelah puas kami bercerita, kami beranjak meninggalkan pusara ayah dengan mencium nama ayah yang tertulis dibatu nisan, serta menaburkan bunga mawar diatas pusara ayah.
>><< 

Sabtu, 29 November 2014

My Family and My Best Friends Part 2

Kepergiannya..
Angin malam semakin liar menusuk-nusuk kulitku. Aku beranjak bangun dan menoleh ketempat pakaian-pakaian dijemur. Mereka melambai-lambai karena hembusan angin malam ini yang cukup untuk menerbangkan pakaian-pakaian itu. Namun angin itu tak sedikitpun membuatku untuk beranjak pergi dari tempat itu. Aku semakin terlelap menatap bintang-bintang malam dari lantai tiga gedung itu. Indah, itu yang aku rasakan kali ini. Mereka berkedip-kedip riang seakan memberi tanda kepadaku kalau mereka senang jika aku melihatnya. Mereka seakan mangajakku melupakan kenangan buruk masa lalu untuk tetap melangkah maju dengan ketegaran. Tentu saja itu hanyalah imajinasiku terhadap kedipan mereka kepadaku, aku selalu menerka-nerka apa yang mereka pikirkan terhadapku. Terhadap laki-laki yang hampir setiap malam menatap mereka dari kejauhan. Apakah mereka kasihan, takjub, ataukan malah menertawakanku? Ahh, entahlah aku tak perduli. Yang aku perdulikan mereka tetap setia disana menungguku untuk memperhatikan mereka, memperhatikan keindahan dan kecantikan mereka.
Perlahan tapi pasti, aku akan mengingat semua kenangan itu. Kenangan yang menyedihkan, yang membuat semuanya berubah total. Kenangan yang membuatku berubah dimata teman-teman dan keluargaku.
Ketika itu aku semester genap kelas 2 SMP dan kak Tania kelas 3 SMA. Seperti biasa aku menghabiskan waktu istirahatku diperpustakaan bersama Nur sahabatku. Ketika itu aku dipanggil salah seorang temanku dengan nafas terengah-engah karena berlari kesana kemari mencariku. Adi! Panggilnya dengan nafas tersendat-sendat. Kenapa Ron kau Memanggilku? Jawabku sedikit kebingungan. Aku disuruh Pak Amir untuk memangggilmu karena ada saudaramu datang mau menjemputmu. Pak Amir adalah guru wali kelasku. Aku semakin bingung dan takut, apakah aku melakukan kesalahan besar sampai pak Amir memanggilku. Namun kenapa ada saudaraku segala? Ucapku dalam hati. Ok Ron, aku akan kesana, makasih ya, sudah memberitahukanku. Kataku sambil bergegas pergi meninggalkan Roni dan Nur diperpustakaan. Dalam perjalanan menuju ke kantor pak Amir aku selalu berfikir macam-macam. Badanku berkeringat dan sedikit gemetar.
Setelah sekitar 5 menit berjalan aku sampai dikantor pak Amir wali kelasku. Aku mengetuk pintu, Asssalamualaikum Pak Amir, kataku dengan sedikit gemetar. Disana aku melihat Om Rano sedang berbincang dengan Pak Amir. Walaikumsalam Adi, kemarilah nak. Pak Amir menjawabku dengan gayanya yang kalem dan tenang. Kemudian Pak Amir langsung memberitahukanku kalau saudaraku menjemputku untuk segera pulang karena ada acara keluarga yang sangat penting. Aku semakin bingung gak karuan, apa yang terjadi? Sepertinya tadi waktu berangkat sekolah orang tuaku sama sekali tidak memberitahukanku ataupun kakakku kalau ada acara keluarga. Aku langsung beranjak pergi kekelas mengambil tas, dan pergi bersama Om Rano meninggalkan sekolah menuju kerumah. Namun aku semakin bingung, ini bukanlah jalan kembali kerumah melainkan ke sekolah kak Tania. Aku bertanya kepada Om Rano, Om kita juga mau menjemput kak Tania? Iya Di, jawab Om Rano seadanya. Aku tak banyak bicara maupun bertanya kepada Om Rano. Aku hanya diam mendekap punggung Om Rano di sepeda motor yang kami tumpangi.
Setelah 20 menit lamanya, kita sampai di sekolah kak Tania, Om Rano menyuruhku untuk menunggu di didekat motornya yang diparkir diparkiran sekolah kak tania. Beberapa menit aku menunggu mereka keluar dari gedung sekolah yang mewah dan besar itu. Yap! kak Tania mendapatkan beasiswa di sekolah SMA terbaik dan terfavorit di kotaku. Kemudian kami bertiga bergegas pergi dengan mengendarai dua motor berbeda, aku bersama Om Rano, sedangkan kak Tania mengendarai motornya sendiri. Memasuki perkampungan tempatku tinggal disana terlihat ramai orang yang berjalan searah dengan jalan kami. Aku semakin bingung, semakin bingung ketika mendekati rumahku karena banyak orang yang berbelok kerumahku. Namun berbeda dengan kak Tania, Dia spontan menghentikan motornya dan berlari menuju rumah dengan air mata sudah mengucur dimukanya. Aku semakin bingung tidak tahu apa-apa. Om Rano kemudian menggenggam tanganku menuju kedalam rumah. Sebelum sampai kedalam rumah aku mendengar jeritan tangis ibuku dan kak Tania. Ada apa ini, apa yang terjadi, aku buru-buru melepaskan genggaman Om Rano dan berlari menuju ke rumah.
Aku melihat seseorang dibaringkan di lantai ruang tamu di rumahku dengan ditutup dengan kain batik seluruh tubuhnya. Aku juga melihat ibu dan kakakku tak henti menangis. Sesekali ibuku tak sadarkan diri. Aku belum tahu pasti apa yang terjadi. Namun entah kenapa air mataku menetes dengan derasnya melihat semua kejadian ini. Om Rano memelukku, berbisik ayah sudah gak ada, ayah sudah meninggal, meninggalkan kita semua. Aku lemas seketika mendengar bisikan itu. Aku melepaskan pelukannya, tertunduk lesu dilantai sambil menangis. Aku mendekati ibu dan kak Tania. Aku memeluk mereka, aku ikut menangis bersama mereka. Kak Tania mendekati Tubuh ayah yang sedang terbaring, aku mengikutinya. Dia membuka kain batik itu, aku melihat wajah ayahku yang pucat, mata tertutup. Aku memanggilnya lirih, ayah ayah! kenapa kau tidur, disini banyak orang yang memperhatikan ayah. Kak Tania semakin melepaskan jeritan tangisnya, akupun tak kuasa membendung air mataku. Ibu mendekat dan memeluk kami, sayang, ayah sekarang sudah meninggalkan kita, lirih ibu dalam pelukan kami.
Aku masih terdiam sedih didekat jenasah ayah yang terbaring dilantai, aku tidak mau beranjak dari dekatnya, sesekali Om Rano mengajakku untuk berganti pakaian. Namun aku menolak, khas dengan gaya anak-anak sedang merajuk. Kak Tania juga tidak mau beranjak, dia hanya diberi kain oleh salah seorang tetangga, kain hitam sebagai kerudung untuk menutupi kepalanya. Aku tak pernah merasa sesedih ini selama hidupku. Jeritan tangisku semakin pecah ketika ayahku hendak dibungkus dengan kain putih. Aku menahan mereka tak membiarkan mereka membungkus ayahku dengan kain itu. Namun Om Rano memelukku dan menjauhkanku dari mereka yang hendak membungkus tubuh ayahku. Aku semakin marah seketika benci dengan Om Rano karena menghalangiku. Aku melihat Pak Amir bersama rombongan teman-teman sekelasku datang kerumahku. Aku juga melihat Nur yang langsung mendekatiku dan memelukku sambil terisak. Dia kenal dekat dengan ayahku, pantas saja dia juga merasa kehilangan. Dia tak berkata apa-apa hanya memelukku sambil menangis.
Beberapa orang memberikan sambutan di hari itu, namun aku sama sekali tidak mempedulikannya, aku hanya terdiam lemas di dekat peti ayahku. Ya ayahku sudah dimasukkan kedalam peti dan siap diangkat menuju ke pemakaman. Aku memanglah masih anak-anak. Namun aku tahu betul apa itu mati, siapa yang mati waktu itu dan bagaimana rasanya aku ditinggal mati oleh orang itu. Bersama ibu, kak Tania, Nur dan beberapa saudaraku. Kami duduk didekat peti ayah, sesekali aku melihat ibuku masih tak sadarkan diri. Kak Tania masih menangis bersama beberapa saudaraku yang lainnya. Aku hanya terdiam didekat Nur, aku sudah tidak bisa menangis, aku terlalu lemas untuk menangis.
Beberapa saat kemudian peti ayahku diangkat untuk dibawa menuju ke pemakaman disamping kampungku. Dekat, karena itu hanya berjalan kaki dan tidak perlu menggunakan ambulance. Sampai dipemakaman, ayahku langsung dimasukkan ke dalam liang yang sudah digali sejak pagi, aku kembali terisak tak rela ayahku dimasukkan kesana. Aku berontak, namun tak seorangpun sependapat denganku. Mereka tetap kekeh memasukkan ayahku kedalam  liang itu. Aku menangis dan menjerit, tertunduk ditanah pemakaman, khas dengan gaya anak kecil yang sedang merajuk.
Kak Tania mendekapku erat, seakan membisikkan masih ada kak Tania yang selalu jagain dede, dede jangan sedih lagi ya.

>><< 

Sabtu, 22 November 2014

My Family and Best Friend part 1

9 bulan 3 hari

Aku telah melalui hari-hariku disini. Dilantai dua kamar K211
Setiap malam selama sebulan terakhir ini selalu meyempatkan untuk ke lantai 3 tempat menjemur pakaian. Disana tidak beratap, karena itu aku senang kesana karena bisa melihat bintang malam dan terkadang pesawat yang sekadar melintas diatasnya.
Selama seminggu terakhir ini aku suka duduk-duduk dilantai ini, termenung dan mengingat masa-masa laluku.
9 tahun silam saat umurku 13 tahun, aku berhasil mendapatkan satu kursi SMP terbaik di kota ku. Tentu saja ayahku yang seorang guru PNS sekolah dasar, ibuku yang seorang ibu rumah tangga, dan kakakku seorang pelajar yang sedang menempuh bangku SMA kelas 2 bahagia dan bangga kepadaku. Hari pertama aku lalui dengan sangat baik. Kalo urusan adaptasi dan bersosialisasi aku memang bisa diandalkan. Di hari pertama aku langsung memiliki banyak teman. Tak sedikit juga senior-senior yang mengenalku. Hal ini aku warisi dari ayahku yang menempatkan sosialisasi menjadi agenda pentingnya. Masih ingat sekali ketika beliau berbisik kepadaku mencari teman sebanyak-banyaknya itu sangat penting, penting bagimu dan masa depanmu. Namun saat itu aku masih belum begitu paham dengan kata-kata itu. Aku hanya tau aku harus memiliki banyak teman.
Hari demi hari aku dapat lewati dengan sangat baik, ketika kenaikan kelas aku mendapatkan peringkat dua, masih kalah pintar dengan Gea teman wanita dikelasku yang bisa dibilang memiliki otak yang cerdas. Tentu saja aku masih merasa kurang, aku memang masih kecil, namun soal pertandingan aku tak pernah mau mengalah dari orang lain. Aku selalu ingin menjadi yang pertama. Kini aku kelas 2 SMP dan Kakakku Tania kelas 3 SMA.
Sudah 10 menit aku berbaring dilantai 3 gedung mess ini hanya menatap langit yang saat ini sangat cerah dipenuhi dengan berjuta-juta bintang. Aku bangun dan duduk sejenak ditempat yang sama, aku memperhatikan suasana sekitar, sepi, dan udara dingin sedikit menusuk kulitku yang hanya memakai kaos oblong dan celana pendek. Beberapa saat kemudian ada seseorang penghuni kamar lain mess ini datang menghampiriku. Adi! Apa yang kamu lakukan disini? Aku diam sejenak dan ngomel didalam hati, ngapain coba nanya-nanya, kepo banget sih. Hanya duduk-duduk saja. Jawabku datar dengan sedikit berusaha menyunggingkan bibir. Dia langsung beranjak pergi mengambil jemuran miliknya. Tentu saja aku merasa terganggu dengan kedatangan nya walau sebenarnya dia tidak bermaksud.
Aku kembali berbaring dan mengingat ulang masa-masa itu.
Setiap pagi aku selalu berangkat sekolah bersama kakakku yang mengendarai sepeda motor. meskipun tidak searah, kakakku tak pernah ngeluh untuk mengantarku ke sekolah. Aku memang sedikit kalah pintar dari kakakku, dia selalu mendapat juara kelas dan menjadi siswi teladan di sekolahannya. Bahasa inggris dia sangat jago, sedangkan aku belum begitu paham dengan mata pelajaran yang satu ini. Saat ini matematika adalah mapel yang sangat aku sukai. Aku selalu meyempatkan ke perpustakaan di jam istirahat bersama Nur sahabatku. Oya aku lupa belum menceritakan dia. Dia adalah sahabatku sejak aku masuk di sekolah ini. Dia sangat ramah dan baik kepada semua orang. Dia adalah orang pertama yang aku kenal waktu aku masuk sekolah ini. Kami sering bermain dan belajar bersama, tempat duduk saja bersebelahan. Rumah kami memang tidak dekat. Namun tidak jarang aku menginap ditempatnya dan begitu pula dengannya.
Berbeda sekali kehidupanku dengan kehidupannya. Dia terlahir dari orang tua yang sangat kaya, namun kekayaannya tidak membuatnya tidak mau berteman dengan orang-orang sepertiku. Sepertiku yang terlahir dari orangtua biasa dari kampung. Karena itulah aku suka berteman dengannya. Teman-teman yang lainpun juga suka dengannya karena kebaikannya.
Kali pertama aku bermain kerumahnya tak henti-hentinya aku memuji kagum akan keelokan dan kemegahan rumahnya. Ketika itu aku berencana belajar bareng Nur dirumahnya sekaligus menginap karena kebetulan esok hari adalah hari minggu. Aku pun sudah mengantongi ijin dari ayah dan ibu. Kami berdua dijemput oleh sopir Nur yang memang biasa mengantar jemput Nur sekolah. Setelah sampai depan rumahnya terlihat seorang satpam berbadan tegap membukakan pintu gerbang mewah warna keemasan yang mungkin tingginya sekitar 2.5 meter. Gerbang itu terlihat megah dengan ornamen-ornamen klasik layaknya gerbang istana raja. Aku semakin takjub ketika memasuki halaman rumahnya. Turun dari mobil aku langsung disambut taman bunga yang indah yang terdiri dari beragam bunga koleksi mamanya. Disamping rumah terlihat sebuah lapangan basket lengkap dengan ring basketnya. Dan disebelah taman terdapat jalan yang terdapat pohon-pohon palem menjulang tinggi yang berbaris rapi disepanjang pinggir jalan menuju garasi mobil yang terletak dibelakang rumah.
Tak sampai disitu, sebelum masuk rumah 2 lantai itu aku disambut sebuah pintu besar dari kayu yang diukir cantik.
Hei di! Ngapain bengong, ayo masuk. Anggap saja rumah sendiri ya! Gertak halus Nur sambil membukakan pintunya.
Oh i..iya Nur, aku takjub sama rumah kamu, gede banget dan mewah lagi. Jawabku sambil menengok sana-sini menikmati keindahan rumah Nur.
Sudah deh, jangan begitu. Ayo langsung kekamar aku aja kita ganti pakaian dulu, habis itu makan siang. mbak udah nyiapin makan siang.
Nur memang gak suka dipuji-puji seperti itu. dia juga tidak pernah menyombongkan dirinya didepan teman-temanya.
Mbak? Maksud kamu kakak kamu gitu? Wah kamu punya mbak to Nur? Tanyaku penasaran.
Bukan Adi, dia mbak yang bantuin beresin rumah sama nyiapain makan gitu, mamaku kan gak sempet di, soalnya sibuk ngantor terus sama papa.
Sampai dikamarnya pun aku tak hentinya dibuat takjub dengan kemewahan rumah ini. Kamar Nur sangat besar, bahkan ruang tamu digabung sama ruang tv dirumahku pun kalah besar dengan kamarnya yang dilengkapi dengan TV layar datar lengkap dengan seperangkat sound systemnya, meja belajar, beberapa lemari yang besar-besar, ada pendingin ruangan dan kamar mandinya. Kasurnya sangat besar dan empuk bak tempat tidur seorang pangeran dari kerajaan tersohor.
Adi aku turun duluan ya,ntar kalo kamu udah selesai gantinya kamu langsung turun aja ke ruang makan.
Ok! Siap boss!
Setelah selesai aku langsung turun ke lantai satu. Aku makan bersama Nur dan adiknya Ranita. Biasanya Nur hanya makan berdua sama adiknya. Karena papa dan mamanya sibuk mengurusi urusan perusahaan yang mereka rintis. Namun setiap malam mereka selalu berkumpul makan bersama. Dan setiap hari libur, mereka selalu jalan-jalan bersama entah ke pusat perbelanjaan atau rekreasi. Setelah usai makan Nur mengajakku ke belakang rumahnya untuk berenang sejenak sebelum kita memulai untuk belajar. Kolam renangnya sangat besar untuk ukuran kolam renang pribadi. Airnya juga jernih. Dilengkapi pemandangan taman disekitar kolam renang. Serta tampak garasi yang besar di bagian pojok belakang pekarangan rumahnya.
Tak terasa aku sudah hampir 15 menit berbaring ditempat ini. Namun semakin lama aku memandang langit semakin pula dia tak mau melepaskan pandanganku. Tak kusangka benar kata orang-orang, betapa indahnya ciptaan-Nya. Namun tidak jarang aku menyepelekannya. Yah aku merasa sangat kecil disaat seperti ini, tidak memiliki apa-apa dibanding dengan-Nya.
Aku memang bukan terlahir dari keluarga kaya, namun saat itu aku tidak pernah kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuaku. Adi kecil yang ceria, aktif. Saking aktif nya terkadang teman-temanku suka mengejekku hiperaktif. Aku sama sekali tidak sedih ataupun marah dengan ejekan itu karena aku akui aku memang sangat aktif. Aku juga tidak jarang menjaili teman-temanku dan kakakku sendiri. Mereka sering kali jengkel dengan polah jailku yang memang terkadang membuat geram orang yang aku jaili. Bahagia? Tentu saja keluarga ku sangat bahagia. Ayah dan ibuku tidak pernah menelantarkan kedua anaknya. Selalu ada waktu untuk berkumpul dan bercanda. Keluarga kecil ini selalu menyempatkan pergi jalan-jalan ketika hari libur tiba. Itu membuatku sangat bersyukur telah terlahir dari keluarga kecil sederhana ini.

>><< 

Minggu, 18 Mei 2014

Polisi Masa Kini

Sabtu, 10 mei 2014
hari ini aku bersama dengan teman se-perusahaan namun beda seksi sedang merencanakan perjalanan dari Serang (tempat tinggal kami) menuju ke kota Cilegon. Kami berencana untuk mencari toko batik keris dan tempat servis kamera digital.

Hari itu kami memutuskan ke tempat servis kamera terlebih dahulu karena letaknya yang jauh di kota Cilegon. Dalam perjalanan kami ngobrol apa saja. sampai akhirnya sampailah kita di kota Cilegon. selama berada dikota itu, laju kendaraan kami memang sengaja diperlambat karena mencari alamat tempat servis kamera. kami memang sudah tahu alamatnya dari salah satu rekan kami, namun kami belum tahu lokasinya. nah, diperjalanan yang lambat itu kita melalui perempatan dan aku melihat se onggok, eh salah (suka-suka aku lah) sesosok polisi yang sedang berjaga ditengah perempatan. aku melihat polisi itu sedang menyebrangkan kendaraan dari arah sebrang, dan menghentikan kendaraan dari arah kami. aku memang melihat itu, namun waktu itu polisi tersebut tidak menjulurkan tangannya tanda menghentikan kendaraan dari arah kami. Otomatis teman aku yang nyetir motor itu gak berhenti karena nggak ngeh kalo ada polisi yang menghentikan kami. lagian kita juga lagi sibuk nyari alamat. clingak-clinguk kaya orang kesasar. trus terompet eh peluit maksudnya, buat apa coba gak dipake sama tuh makhluk.

Alhasil, setelah melewati perempatan dan polisi, dia (polisi) itu meneriaki kami Wooooooiii!!! aku menoleh dan kemudian mengacuhkan (hehe). karena aku pikir, halah cuma masalah kecil ini, aku juga gak ngebut, surat-surat juga lengkap, helm juga makai. trus so what gitu loh!

Kita tetap berjalan dengan laju yang lambat sambil terus clingak-clinguk mencari tuh alamat. eh pas mau nyampai depan Super Mall Cilegon, kita di berhentikan sama tuh makhluk (polisi). Ternyata dari tadi dia ngejar kita dari belakang. mati lah gue, ternyata lagi ada yang ngejar setoran, hehe (padahal masih tanggal muda kan ya?) dia tau mangsa empuk tuh, soalnya motor yang aku tumpangi bukan plat daerah situ melaikan plat Medan.

kami digiring bak domba bersama gembalanya menuju ke perempatan tadi.
selamat sore pak! anda tahu tadi sudah melakukan kesalahan? tanya sang polisi
maaf pak, kami salah apa ya? jawab temanku yang memang gak tau kesalahannya.
tadi kalian berdua sudah menerobos aba-aba saya (siap grak, maju jalan!!) itu artinya kalian tidak menghormati polisi. trus habis itu kita dibacain pasalnya, memang ada sih, aku juga ngaku salah.

habis diomongin panjang lebar,dia mulai nulis di form tilang warna merah, tapi baru nulis beberapa kata, dia sok sibuk, keluar dari pos lah, sok-sok komunikasi sama polisi lain via walky talkie lah. intinya sih aku tau, dia ngasih waktu ke kita biar kita berfikiran untuk ngasih uang damai (SOGOKAN). kami tetap gak mau bayar, kan ntr tuh duwit cuma masuk kantong dia, gak masuk ke kas negara. sayang dong!! waktu dia lagi nulis, aku keingat pesan temanku dan om ku kalo ketilang dan kitanya ngaku salah, minta aja form yang warna biru. tuh form berfungsi sama kaya form merah cuma bedanya kalo form merah kita salah tapi gak ngaku, dan harus ikut sidang di pengadilan negeri (bukan agama ya) sedangkan form biru, kita salah dan mengaku. nah habis itu kita disuruh bayar senilai uang tertentu via atm langsung ke kas negara dan gak perlu ikut sidang.

Namun malangnya, ketika aku minta itu form biru, dia bilang tuh form sudah tidak berlaku lagi. yaudeh dengan tampang imut dan polosnya aku, aku nurut aja kalo itu form gak berlaku (dasar BEGO!). Setelah form merah terisi semua kita pergi balik ke Serang (temenku udah gak mood lagi ketempat servis camdig). dan ketemu sama temen-temen di MOS. disana kita cerita, dan apa coba? kita malah di bego-begoin katanya form biru itu masih berlaku. Sialan Berarti kita berdua tadi kena tipu sama tuh makhluk! dan setelah aku crosschek ke om ku yang orang polisi, katanya memang masih berlaku. kampret bener tuh polisi, akunya juga sih bego banget.

saran aku nih ya temen-temen, kalo kalian sama ketipu alias dibohongin sama polisi kaya peristiwa tragis (lebay) yang aku alamin diatas. kalian kenalan sama tuh polisi. tanya namanya, alamatnya kalo mau sih statusnya juga gak apa-apa, hihi

habis itu kalian minta foto bareng, nah fungsi nama sama itu foto. kalo itu makhluk nanyain buat apa, bilang aja jujur kalo : nanti saya mau nanya ke kepala polisi, apa bener form biru itu gak berlaku, foto dan nama bapak saya tunjukin ke kepala polisi kalo ini orang dalam foto mengatakan form biru sudah tidak berlaku. Aku yakin tuh makhluk bakal mati KUTU! hahaha

sekian.....
Terimakasih & Semoga Bermanfaat :)

Sabtu, 22 Maret 2014

teruntuk cinta

Teruntuk Cinta
(23 Mar. 14)

Aku mencintaimu..cinta
Sungguh mencintaimu

Tak kusangka diriku bisa mencintai seseorang seperti ini, sampai diriku takut untuk kehilangan cinta darimu. Hingga keegoisanku tak mau untuk melepaskanmu. Sudah beberapa kali aku jatuh cinta, namun sayang cinta itu hanya sementara.
Namun kini aku merasakan hal yang berbeda darimu cinta, aku sungguh tak kuasa menahan air mata ketika kamu sakit, ketika kamu sedih dan kecewa karena ku. Aku sungguh mencintaimu, namun tak tau bagaimana mengungkapkan dengan kata dan tindakan. Seandainya kamu tau, meskipun aku kadang menyebalkan, menjengkelkan dan sering berbohong namun aku mencintaimu.
Aku sering kali merenung, apa aku harus mengesampingkan keegoisanku. Aku sangat takut kehilanganmu, namun terlebih takut aku lebih menyakitimu jika ini diteruskan. Aku tahu kamu juga memiliki cinta untukku. Namun aku juga tahu kamu lebih sering sakit, sedih, menangis karena ku. Namun sekali lagi karena keegoisanku, aku tak rela melepaskanmu.
Kini aku ingin mengungkapkan kata-kata lewat tulisan ini, ya karena aku terlalu pengecut untuk mengatakan secara langsung padamu cinta. Aku ingin bertanya padamu, apa kamu bahagia disampingku? Apa kamu sering menangis karena ku? Jika kamu lebih sering menangis dan bersedih karena ku, aku kini rela untuk melepaskanmu jika itu bisa membuatmu lebih bahagia dan tenang. Namun ini bukan berrti mengurangi rasa sayang dan cintaku padamu cinta.
Aku hanya ingin kamu bahagia, entah disampingku ataupun tidak disampingku. Pepatah ‘cinta tak harus memiliki’ sepertinya memang cocok untuk ku.


Cinta.. aku mencintaimu
Dari kekasihmu

Yang selalu mencintaimu