9
bulan 3 hari
Aku
telah melalui hari-hariku disini. Dilantai dua kamar K211
Setiap malam selama sebulan terakhir ini
selalu meyempatkan untuk ke lantai 3 tempat menjemur pakaian. Disana tidak
beratap, karena itu aku senang kesana karena bisa melihat bintang malam dan
terkadang pesawat yang sekadar melintas diatasnya.
Selama
seminggu terakhir ini aku suka duduk-duduk dilantai ini, termenung dan mengingat
masa-masa laluku.
9
tahun silam saat umurku 13 tahun, aku berhasil mendapatkan satu kursi SMP
terbaik di kota ku. Tentu saja ayahku yang seorang guru PNS sekolah dasar,
ibuku yang seorang ibu rumah tangga, dan kakakku seorang pelajar yang sedang
menempuh bangku SMA kelas 2 bahagia dan bangga kepadaku. Hari pertama aku lalui
dengan sangat baik. Kalo urusan adaptasi dan bersosialisasi aku memang bisa
diandalkan. Di hari pertama aku langsung memiliki banyak teman. Tak sedikit
juga senior-senior yang mengenalku. Hal ini aku warisi dari ayahku yang
menempatkan sosialisasi menjadi agenda pentingnya. Masih ingat sekali ketika
beliau berbisik kepadaku mencari teman sebanyak-banyaknya itu sangat
penting, penting bagimu dan masa depanmu. Namun saat itu aku masih belum
begitu paham dengan kata-kata itu. Aku hanya tau aku harus memiliki banyak
teman.
Hari
demi hari aku dapat lewati dengan sangat baik, ketika kenaikan kelas aku
mendapatkan peringkat dua, masih kalah pintar dengan Gea teman wanita dikelasku
yang bisa dibilang memiliki otak yang cerdas. Tentu saja aku masih merasa
kurang, aku memang masih kecil, namun soal pertandingan aku tak pernah mau
mengalah dari orang lain. Aku selalu ingin menjadi yang pertama. Kini aku kelas
2 SMP dan Kakakku Tania kelas 3 SMA.
Sudah
10 menit aku berbaring dilantai 3 gedung mess ini hanya menatap langit yang
saat ini sangat cerah dipenuhi dengan berjuta-juta bintang. Aku bangun dan
duduk sejenak ditempat yang sama, aku memperhatikan suasana sekitar, sepi, dan
udara dingin sedikit menusuk kulitku yang hanya memakai kaos oblong dan celana
pendek. Beberapa saat kemudian ada seseorang penghuni kamar lain mess ini
datang menghampiriku. Adi! Apa yang kamu lakukan disini? Aku diam
sejenak dan ngomel didalam hati, ngapain coba nanya-nanya, kepo banget sih. Hanya
duduk-duduk saja. Jawabku datar dengan sedikit berusaha menyunggingkan
bibir. Dia langsung beranjak pergi mengambil jemuran miliknya. Tentu saja aku
merasa terganggu dengan kedatangan nya walau sebenarnya dia tidak bermaksud.
Aku
kembali berbaring dan mengingat ulang masa-masa itu.
Setiap
pagi aku selalu berangkat sekolah bersama kakakku yang mengendarai sepeda
motor. meskipun tidak searah, kakakku tak pernah ngeluh untuk mengantarku ke
sekolah. Aku memang sedikit kalah pintar dari kakakku, dia selalu mendapat
juara kelas dan menjadi siswi teladan di sekolahannya. Bahasa inggris dia sangat
jago, sedangkan aku belum begitu paham dengan mata pelajaran yang satu ini.
Saat ini matematika adalah mapel yang sangat aku sukai. Aku selalu meyempatkan
ke perpustakaan di jam istirahat bersama Nur sahabatku. Oya aku lupa belum
menceritakan dia. Dia adalah sahabatku sejak aku masuk di sekolah ini. Dia
sangat ramah dan baik kepada semua orang. Dia adalah orang pertama yang aku
kenal waktu aku masuk sekolah ini. Kami sering bermain dan belajar bersama,
tempat duduk saja bersebelahan. Rumah kami memang tidak dekat. Namun tidak
jarang aku menginap ditempatnya dan begitu pula dengannya.
Berbeda
sekali kehidupanku dengan kehidupannya. Dia terlahir dari orang tua yang sangat
kaya, namun kekayaannya tidak membuatnya tidak mau berteman dengan orang-orang
sepertiku. Sepertiku yang terlahir dari orangtua biasa dari kampung. Karena
itulah aku suka berteman dengannya. Teman-teman yang lainpun juga suka dengannya
karena kebaikannya.
Kali
pertama aku bermain kerumahnya tak henti-hentinya aku memuji kagum akan
keelokan dan kemegahan rumahnya. Ketika itu aku berencana belajar bareng Nur
dirumahnya sekaligus menginap karena kebetulan esok hari adalah hari minggu.
Aku pun sudah mengantongi ijin dari ayah dan ibu. Kami berdua dijemput oleh
sopir Nur yang memang biasa mengantar jemput Nur sekolah. Setelah sampai depan
rumahnya terlihat seorang satpam berbadan tegap membukakan pintu gerbang mewah
warna keemasan yang mungkin tingginya sekitar 2.5 meter. Gerbang itu terlihat
megah dengan ornamen-ornamen klasik layaknya gerbang istana raja. Aku semakin
takjub ketika memasuki halaman rumahnya. Turun dari mobil aku langsung disambut
taman bunga yang indah yang terdiri dari beragam bunga koleksi mamanya.
Disamping rumah terlihat sebuah lapangan basket lengkap dengan ring basketnya.
Dan disebelah taman terdapat jalan yang terdapat pohon-pohon palem menjulang
tinggi yang berbaris rapi disepanjang pinggir jalan menuju garasi mobil yang
terletak dibelakang rumah.
Tak
sampai disitu, sebelum masuk rumah 2 lantai itu aku disambut sebuah pintu besar
dari kayu yang diukir cantik.
Hei di! Ngapain bengong, ayo masuk. Anggap
saja rumah sendiri ya! Gertak halus Nur sambil membukakan pintunya.
Oh
i..iya Nur, aku takjub sama rumah kamu, gede banget dan mewah lagi. Jawabku
sambil menengok sana-sini menikmati keindahan rumah Nur.
Sudah deh, jangan
begitu. Ayo langsung kekamar aku aja kita ganti pakaian dulu, habis itu makan
siang. mbak udah nyiapin makan siang.
Nur memang gak suka dipuji-puji
seperti itu. dia juga tidak pernah menyombongkan dirinya didepan teman-temanya.
Mbak? Maksud kamu kakak kamu gitu? Wah kamu punya mbak to Nur? Tanyaku
penasaran.
Bukan Adi, dia mbak yang bantuin beresin rumah sama nyiapain
makan gitu, mamaku kan gak sempet di, soalnya sibuk ngantor terus sama papa.
Sampai dikamarnya pun aku tak hentinya
dibuat takjub dengan kemewahan rumah ini. Kamar Nur sangat besar, bahkan ruang
tamu digabung sama ruang tv dirumahku pun kalah besar dengan kamarnya yang
dilengkapi dengan TV layar datar lengkap dengan seperangkat sound systemnya,
meja belajar, beberapa lemari yang besar-besar, ada pendingin ruangan dan kamar
mandinya. Kasurnya sangat besar dan empuk bak tempat tidur seorang pangeran dari
kerajaan tersohor.
Adi
aku turun duluan ya,ntar kalo kamu udah selesai gantinya kamu langsung turun
aja ke ruang makan.
Ok! Siap boss!
Setelah
selesai aku langsung turun ke lantai satu. Aku makan bersama Nur dan adiknya Ranita.
Biasanya Nur hanya makan berdua sama adiknya. Karena papa dan mamanya sibuk
mengurusi urusan perusahaan yang mereka rintis. Namun setiap malam mereka
selalu berkumpul makan bersama. Dan setiap hari libur, mereka selalu
jalan-jalan bersama entah ke pusat perbelanjaan atau rekreasi. Setelah usai
makan Nur mengajakku ke belakang rumahnya untuk berenang sejenak sebelum kita
memulai untuk belajar. Kolam renangnya sangat besar untuk ukuran kolam renang
pribadi. Airnya juga jernih. Dilengkapi pemandangan taman disekitar kolam
renang. Serta tampak garasi yang besar di bagian pojok belakang pekarangan rumahnya.
Tak
terasa aku sudah hampir 15 menit berbaring ditempat ini. Namun semakin lama aku
memandang langit semakin pula dia tak mau melepaskan pandanganku. Tak kusangka benar
kata orang-orang, betapa indahnya ciptaan-Nya. Namun tidak jarang aku
menyepelekannya. Yah aku merasa sangat kecil disaat seperti ini, tidak memiliki
apa-apa dibanding dengan-Nya.
Aku
memang bukan terlahir dari keluarga kaya, namun saat itu aku tidak pernah
kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuaku. Adi kecil yang ceria, aktif.
Saking aktif nya terkadang teman-temanku suka mengejekku hiperaktif. Aku sama
sekali tidak sedih ataupun marah dengan ejekan itu karena aku akui aku memang
sangat aktif. Aku juga tidak jarang menjaili teman-temanku dan kakakku sendiri.
Mereka sering kali jengkel dengan polah jailku yang memang terkadang membuat
geram orang yang aku jaili. Bahagia? Tentu saja keluarga ku sangat bahagia.
Ayah dan ibuku tidak pernah menelantarkan kedua anaknya. Selalu ada waktu untuk
berkumpul dan bercanda. Keluarga kecil ini selalu menyempatkan pergi
jalan-jalan ketika hari libur tiba. Itu membuatku sangat bersyukur telah
terlahir dari keluarga kecil sederhana ini.
>><<